Jumat, 16 Juli 2010

‎Bunuh Diri, Apa Enaknya?

SAYA lagi asik minum kopi sore itu di sebuah warung dekat kantor, di jalan Panglima Nyak Makam, ditemani dua teman, Imran Mahfudi dan M Soekarni. Cerita banyak hal, tentang hukum, sosial, dan politik di Aceh akhir-akhir ini. Sembari menyampaikan sebuah kata “selamat” kepada Imran, yang baru disumpah dan dilantik jadi advokat, dua hari lalu.

Sekitar jam 17.00 Pak Karni pamit mau jemput anaknya di pengajian, tapi saya melanjutkan ngopi sambil ngenet. Selagi asik ngopi di warung tersebut, tiba-tiba petugas warung bilang, “Maaf bang, kami mau tutup warung, karena ada kasus di bengkel sebelah,” ujar seorang sambil menghitung sisa makanan dan bayaran.

“Kasus apa?” tanya saya.

“Ada orang bunuh diri di bengkel ban sebelah.”

“Astaghfirullah,” kata saya singkat, sembari membayar.

Saya keluar warung, dan ternyata memang sudah sangat rame orang di luar bengkel.

Dalam hati saya bertanya, mengapa ya masih ada orang yang mau membunuh dirinya sendiri? Apa enaknya sih?

Saya cabut dari warung tersebut, karena keburu harus shalat magrib. Tetapi melalui sebuah situs webnews, acehkita.com, saya kemudian tahu, nama anak muda bernasib malang tersebut adalah Marsudi (26), Warga Seunagan, Aceh Barat.

Korban yang pengelola bengkel itu ditemukan tewas tergantung di pintu kamar lantai dua bengkelnya dengan leher terlilit tali, lidah terjulur dan pergelangan tangan berluka sayat diduga kuat karena bunuh diri.

Saksi mata menuturkan, saat kejadian bengkel milik seorang pengusaha asal Aceh di Medan itu kondisinya terbuka.

Korban mulanya ditemukan seorang warga yang hendak mengisi angin mobil di bengkel Sumatera Express itu.

“Dia kemudian memanggil-manggil orang di situ nggak ada yang jawab, akhirnya dia masuk kebelakang dan melihat korban udah tergantung. Kemudian dia keluar kasih tahu warga di sini,” kata Surya seorang saksi mata, sebagaimata dikutip media web tersebut.

Sesaat kemudian polisi tiba di lokasi dan mengevakuasi korban ke Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin, Banda Aceh untuk divisum.

Polisi masih menyelidiki motif dibalik meninggalnya korban.

Beberapa tetangga korban ditanyai acehkita.com menyebutkan, sehari-hari korban berlaku ramah dan tak terlihat seperti ada masalah. “Saya juga heran kenapa senekad itu dia,” kata seorang perempuan menolak menyebut namanya.

HUKUM BUNUH DIRI

KESALAHAN membunuh diri merupakah satu kesalahan yang terlalu besar. Dalam Islam, orang yang membunuh dirinya akan diazab di akhirat kelak sebagaimana dia membunuh dirinya di dunia sepertimana dijelaskan oleh Nabi saw, sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairah R.A:

“Sesiapa yang terjun dari bukit membunuh dirinya, dia akan terjun ke dalam neraka jahannam kakal di dalamnya selama-lamanya. Sesiapa yang meminum racun membunuh diiri, racun itu akan berada di dalam gengamannya, dia akan menghirup racun itu di dalam neraka jahannam kekal di dalamnya selama-lamanya. Siapa yang membunuh dirinya dengan besi, maka besi itu akan berada dalam gengamannya, dia akan menikamkannya di perutnya di dalam neraka jahannam, kekal di dalamnya selama-lamanya.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Perbuatan membunuh diri adalah termasuk di dalam kesalahan dosa-dosa besar, perbuatan membunuh diri ini tidak termasuk di dalam perkara yang menyebabkan seseorang terkeluar daripada Islam (Murtad) sebagaimana yang difahami oleh sebagian darikita, melainkan bagi orang yang menghalalkan perbuatan tersebut, jika dia menghalalkannya maka ketika itu dia dihukumkan sebagai kafir/murtad.

Islam tidak menghukum orang yang bunuh diri sebagai murtad, karena Nabi SAW tidak melarang para sahabat dari menyembahyangkan jenazah orang yang membunuh diri. Namun baginda rasul sendiri tidak menyembahyangkan jenazah orang tersebut sebagai pelajaran bagi orang lain. Maka menjadi sunnah kepada para ulama dan orang yang dipandang mulia, tidak menyembahyangkan jenazah orang yang mati membunuh diri sebagai mengikut perbuatan Nabi SAW dan sebagai pengajaran kepada orang lain.

Jabir bin Samurah R.A meriwayatkan, pernah didatangkan kepada Nabi SAW jenazah seorang lelaki yang membunuh diri dengan anak panah, lalu baginda tidak menyembahyangkan untuknya.

MENGAPA ORANG BUNUH DIRI?

DARI situs web www.psb-psma.org dikisahkan, penyebab orang bunuh diri salahsatunya karena kesulitan ekonomi belakangan ini jadi motivasi banyak orang mengambil jalan pintas untuk mengakhiri hidupnya. Web itu mengajak kita untuk mengenali tanda-tandanya sehingga kita mampu mencegah orang tercinta mengambil tindakan bodoh ini.

Bunuh diri bukan penyakit, tetapi satu set perilaku kompleks yang benar-benar ada, dari sekadar pikiran menjadi tindakan. Menurut Mayoclinic.com, ada beberapa jenis perilaku bunuh diri:

1. Perilaku bunuh diri (Suicidal Behavior)
Orang yang bertindak ingin mati atau tidak mematikan, tetapi menunjukkan tanda-tanda merusak diri atau menunjukkan pemikiran bunuh diri. Tandanya berupa overdosis obat-obatan, menyetir mobil secara sembrono, dan mengasup minuman keras berlebihan.

2. Percobaan bunuh diri
Umumnya mengacu pada tindakan yang ditujukan untuk menghasilkan kematian, tetapi tidak berhasil. Setiap tahun lebih dari setengah juta orang AS membutuhkan perawatan medis gawat darurat akibat mencoba bunuh diri.

3. "Parasuicide"
Tidak semua perilaku merusak diri adalah suicidal behavior. Tindakan-tindakan yang mungkin mencerminkan suicidal behavior, tetapi tidak ditujukan pada kematian, seperti memotong urat nadi pergelangan tangan, dikenal sebagai parasuicide.

4. Bunuh diri (complete suicide)
Artinya mengambil nyawa diri sendiri. Tak mungkin mengetahui secara absolut mengapa orang melakukan ini, bahkan tujuannya. Dalam kasus percobaan bunuh diri, satu-satunya cara mengerti tujuan bunuh diri orang tercinta adalah mengajak mereka bicara.

APA ENAKNYA?

SAYA mengatakan, bunuh diri itu tidak enak. Lebih enak hidup dan menjalankan aktivitas di dunia yang indah ini. Orang mati normal saja tidak enak, kok bunuh diri? Karena itu, bagi yang berniat bunuh diri, segera hentikan niat itu. Segera temui psikolog, psikiater, perawat jiwa, atau teman terdekat. Ceritakan problem anda dan niat tersebut, dan temukan jalan keluar yang jitu, tanpa harus mengakhiri hidup.

:: J. Kamal Farza, 16 Juli 2010.